Sabtu, 21 Februari 2009

MANAJEMEN ASET PERGURUAN TINGGI

MANAJEMEN ASET PERGURUAN TINGGI
Dr A Gima Sugiama
Setiap perguruan tinggi tentu memiliki kekayaan atau aset untuk menjalankan fungsinya. Sebagaimana difahami dalam perkembangan manajemen aset terkini, bahwa aset itu secara umum dapat berupa aset berwujud dan tidak berwujud. Berkaitan dengan esensi yang perlu dicermati dan dalam upaya meningkatkan fungsi, keamanan, serta tertib pengelolaan aset berwujud, maka isi ulasan singkat berikut ini hanya menyajikan aset berwujud (tangible assets) saja. Aset perguruan tinggi atau dapat disebut juga aset-aset kampus (campus assets) akhir-akhir ini mendapat perhatian yang sangat serius dari pemerintah khususnya untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), karena aset PTN merupakan kekayaan milik pemerintah.
Istilah aset fisik dalam perguruan tinggi identik dengan prasarana dan sarana akademik. Karena itu aset fisik kampus atau aset fisik perguruan tinggi juga populer disebut “Prasarana dan Sarana Akademik” (PSA). Istilah PSA ini lebih umum digunakan di lingkungan perguruan tinggi. Secara umum prasarana akademik meliputi dua jenis yakni:
1. Prasarana bangunan, dan
2. Prasarana umum
Ada pun sarana akademik mencakup:
1. Sarana pembelajaran, dan
2. Sarana sumber belajar
Manajemen aset atau manajemen PSA jika dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh, maka meliputi lima (5) tahapan. Kelima tahap atau alur manajemen aset fisik prasarana dan sarana (PS) dimaksud *) :
1. Pengadaan & inventarisasi PS
2. Legal audit PS
3. Penilaian PS
4. Optimalisasi (termasuk Operasi & pemeliharaan PS)
5. Pengawasan, pengendalian, pengalihan, dan penghapusan PS
Berdasarkan prinsip-prinsip manajemen aset, maka setiap PTN mau pun PTS dituntut mengaplikasikan seluruh tahap dalam alur manajemen aset di atas.
Jika seluruh aset PSA dikelola dengan baik, maka paling tidak dapat mencapai hal berikut ini:
1. Mendukung pencapaian visi dan misi perguruan tinggi bersangkutan.
2. Memudahkan setiap organisasi atau unit penatausahaan PSA, dalam mencapai tujuan dan fungsi penatausahaan PSA bersangkutan.
3. Memudahkan monitoring dan evaluasi (monev) secara tepat dan akurat terhadap nilai, jumlah, keberadaan dan kemanfaatan PSA oleh organisasi penatausahaan dari tingkat atas ke paling bawah.
4. Meminimumkan waktu, tenaga dan biaya dalam penatausahaan PSA termasuk menghindari adanya penyimpangan dalam penatausahaan PSA.
5. Meningkatkan efektivitas pemanfaatan dan nilai (value) PSA.
Berkenaan dengan sekilas sajian di atas, maka ada beberapa petunjuk yang menjadi pegangan penting dalam operasionalisasi Aset Kampus atau PSA. Rangkaian petunjuk ini selanjutnya dapat disusun dalam bentuk “buku pegangan” antara lain buku: 1). pedoman umum manajemen PSA, 2) Standard Operation Procedure (SOP) PSA, 3) standar mutu mengenai pengadaan barang dan jasa, 4) inventarisasi, 5) legal audit, 6) penilaian, 7) operasi dan pemeliharaan, 8) pengawasan, pengalihan, dan penghapusan prasarana serta sarana (A Gima Sugiama, 2009., email: gimasugiama@yahoo.com)
Ket: *) Sugiama, A Gima (2009), MANAJEMEN ASET, Bandung

Minggu, 29 Juni 2008

Peranan Riset

PENTINGNYA RISET
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bisnis di hampir semua negara mengalami perkembangan pesat. Bisnis dalam era globalisasi perdagangan, tidak lagi mengenal batas lintas area regional, nasional maupun internasional. permasalahan bisnis semakin rumit, antara lain karena makin tajamnya persaingan. Sejak lebih dari dua dekade lalu, kita menyaksikan dan merasakan terjadinya perubahan lingkungan dunia bisnis. Perubahan ini menuntut setiap pelaku bisnis menyikapi secara peka.
Perilaku manusia cenderung berubah terus-menerus. Tuntutan kehidupan manusia terus meningkat. Mengakhiri abad 20 dan memasuki abad 21, terdapat pergeseran tuntutan masyarakat. Mereka berharap agar memperoleh segala sesuatu memberikan manfaat lebih baik daripada sebelumnya. Segalanya diharapkan lebih bermakna. Dalam teori manajemen kontemporer, dikenal era baru yakni “era pengetahuan”. Artinya terdapat kecenderungan orang mencari segala sesuatu memberi pengetahuan. Demikian halnya dengan konsumen, berharap mendapatkan pelayanan berkualitas tinggi. Konsumen berharap agar produsen mampu menciptakan produk yang membuat kehidupan lebih bermakna (Hartanto; 1999).
Tuntutan konsumen seperti di atas juga terjadi terhadap berbagai industri, baik industri manufaktur maupun jasa. Sebagai contoh, konsumen kini lebih mengutamakan produk makanan yang bukan saja rasanya gurih dan lezat, tetapi juga “menyehatkan” dan produk itu berpenampilan menarik. Dalam industri jasa pariwisata, wisatawan masa kini mengharap perjalanan wisatanya memberi pengalaman bermakna bagi hidupnya (the meaningful experience). Ketika berkunjung ke suatu objek wisata pegunungan misalnya, ia bukan saja ingin menikmati panorama alam pegunungan saja, tetapi juga ingin banyak mengetahui aneka flora dan fauna yang ada di sekitar objek wisata tersebut. Jika gunung tersebut pernah meletus, kapan gunung tersebut meletus, berapa kali terjadi letusannya, dan apa akibat letusan itu.
Mengapa perlu Mempelajari Riset?

Riset dalam bisnis mulai populer di negara-negara maju sejak tahun 1920-an. Riset pemasaran atau marketing research adalah yang pertamakali dikenal dan hingga kini (memasuki awal abad 21) merupakan riset terbanyak dilakukan dalam riset bisnis. Bukan saja di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara yang sedang berkembang termasuk di Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan sering kali menawarkan kursus-kursus riset pemasaran. Riset pemasaran terkadang dijadikan mata kuliah keahlian khusus bagi para mahasiswa bidang bisnis dan manajemen. Selain riset pemasaran juga berkembang riset-riset lainnya antara lain riset keuangan, personalia, perilaku organisasi dan riset operasi.
Metode riset penting dipelajari guna mencapai pemahaman hingga menyadari, bahwa riset perlu diterapkan guna menjaga serta meningkatkan kemampuan perusahaan. Riset yang baik tentu yang menerapkan metode ilmiah (scientific method). Riset ilmiah sangat penting menghasilkan informasi berguna bagi pengambilan keputusan. Penggunaan pendekatan ilmiah sesungguhnya merupakan tuntutan penting untuk meneliti permasalahan bisnis yang rumit. Paling tidak dua alasan pentingnya riset bisnis menerapkan pendekatan ilmiah yakni (1). Manajer cenderung memerlukan kualitas informasi yang terus meningkat di tengah-tengah makin meningkatnya kompleksitas permasalahan, (2). Bahwa teknik-teknik yang digunakan dalam metode ilmiah sangat menolong untuk menghasilkan informasi yang lebih baik.
Seorang manajer seringkali dituntut mengambil keputusan cepat dan akurat. Kemungkinan besar dalam setiap kali mengambil keputusan bisnisnya bukan hanya meliputi “satu variabel pertimbangan,” melainkan berbagai macam variabel yang harus dipertimbangkan. Isu sentral yang senantiasa melandasi riset permasalahan bisnis adalah persaingan, dan ekspansi pasar yang tidak terkendali. Jumlah perusahaan yang terus meningkat, teknologi terus meningkat dan makin canggih, tuntutan konsumen makin selektif, peraturan-peraturan di berbagai negara terkadang memasung organisai bisnis, merupakan sebagian dari permasalahan yang harus dihadapi manajer. Setiap manajer harus mengambil keputusan yang didasari data dan informasi akurat dan sahih, sehingga layak dijadikan dasar pengambilan keputusan. Alasan-alasan sebagaimana diungkapkan di atas yang menyebabkan mengapa kita perlu mempelajari “riset,” dan riset yang menerapkan metode ilmiah merupakan salah satu riset yang tepat untuk mengambil keputusan bagi permasalahan yang rumit.
Riset untuk Pengambilan Keputusan

Perusahaan abad moderen mengklasifikasikan pengambilan keputusan sebagai kegiatan manajerial “terpenting”. Keputusan bisnis seringkali memerlukan formulasi, evaluasi, dan pemilihan dari berbagai alternatif guna memecahkan beragam permasalahan strategis. Untuk memecahkan masalah rumit, riset bisnis berperan penting membantu manajer memperoleh informasi guna pengambilan keputusannya. Ada empat metode untuk memperoleh informasi guna pengambilan keputusan (Davis, 1988) :
1. Wewenang atau authority
2. Intuisi atau intuition
3. Pengalaman atau experience
4. Riset
Wewenang. Pengambilan keputusan dapat didasari oleh pencarian informasi dari seseorang yang diyakini memiliki alasan wewenang atau keahlian tertinggi sebagai sumber informasi. Metode ini merupakan bentuk pencarian informasi yang ekstrim, karena informasi tidak perlu dicari dengan cara susah payah dalam waktu lama, biaya yang diperlukan juga rendah. Kita ambil contoh pengambilan keputusan seorang direktur suatu perusahaan. Berdasarkan wewenangnya ia dapat mengambil keputusan bersandar pada informasi yang ia miliki sendiri. Melalui wewenangnya sebagai direktur, ia dapat secara langsung mengambil keputusannya sendiri.
Intuisi. Intuisi itu digerakkan oleh hati, karena itu intuisi diistilahkan pula sebagai “getaran jiwa”, atau ada juga yang menyebutnya “suara hati”. Berbeda jauh dengan kerja otak yang difungsikan untuk berpikir, mengingat, dan menganalisis. Melalui intuisi yang tajam, seorang eksekutif dapat mengambil keputusan tepat karena didukung suasana hati yang tenang dan jernih. Dengan intuisi para pemimpin dapat mengambil keputusan yang tepat misalnya keputusan-keputusan strategis pilihan lokasi usaha, rencana investasi, keputusan pengembangan produk, dan keputusan-keputusan bersifat strategis dan taktis lainnya.
Pengalaman seseorang dapat menjadi sumber informasi. Pengalaman dalam bisnis masa lalu merupakan salah satu faktor penting yang dapat membantu manajer dalam mengambil keputusan. Penting untuk dipertimbangkan tentang apakah pengalaman tersebut merupakan kejadian yang sama atau paling tidak menyerupai masalah yang akan kita pecahkan. Seorang manajer pemasaran di pabrik garmen mengetahui pasti bahwa, permintaan pakaian melonjak dan mencapai puncaknya di Indonesia pada setiap menjelang hari raya iedul fitri dan tahun baru. Pabrik pakaian seragam anak SD, permintaan tertingginya menjelang tahun ajaran baru. Para operator kawasan wisata, berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun menunjukkan, jumlah kunjungan wisatawan puncaknya dicapai ketika musim liburan.
Intuisi

Riset. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi guna membantu manajer dalam mengambil keputusan. Buku ini hanya menyajikan bagaimana mencari data dan mengolahnya, sehingga menjadi informasi yang layak untuk pengambilan keputusan bisnis. Dari ke-empat metode di atas, hanya pendekatan riset saja yang disajikan dalam buku ini.


Tulisan di atas adalah kutipan dari sebagian kecil isi Bab 1 Buku berjudul "METODE RISET BISNIS DAN MANAJEMEN yang ditulis oleh Dr. A Gima Sugiama dengan Penerbit Guardaya Intimarta, Bandung